Wednesday, October 27, 2010

Maaf banget,Tante Tidak Suka Cara Kalian


Dulu, waktu tante muda, tante suka banget melakukan jalan dadak – kapan pun ingin jalan, ya jalan, tanpa memikirkan apa pun. Seru, soalnya dari jalan dadak-jalan dadak itu saya suka mendadak jadi juri dadakan, jadi tutor dadakan, dan jadi dadak-dadakan lain (Yak, paragraf ini boros kata ‘dadak’)

Jalan dadak terakhir mungkin sekitar dua tahun yang lalu. Sejak saat itu nggak pernah lagi, nggak sempet mikirin, lagipula pekerjaan tante sekarang ya memang sudah lumayan banyak ‘jalan’nya.

Tapi entah kenapa, Jumat malam (13/6), saat menikmati bajigur dan cuanki ala Kupang di bilangan Oeba, tiba-tiba muncul keinginan itu, ditambah lagi dengan tantangan seorang teman Tante. Bedanya, kalau dulu Tante melakukan jalan dadak untuk ‘pergi’, sekarang untuk ‘pulang’ – ke pulau Jawa. Rencananya sekalian bikin surprise untuk ibu saya yang sepertinya merindu partner menggosip — dan juga, seseorang yang selalu merajai pikiran saya *halah!*

Nah besoknya (14/6), Tante dan teman tante , setelah makan malam babi panggang Batak Karo di sebuah Lapo dekat Flobamora Mall, mampirlah ke sebuah tour and travel agent yang namanya PT. SKTM di Ruko Lontar Permai Oebobo, Jln. R.W Monginsidi III Blok B No 17, Kupang – niatnya untuk membeli tiket ke pulau Jawa. ;-)


Tante masuk dengan baik-baik, bertanya baik-baik – bahkan masih berusaha untuk bersabar ketika menghadapi pelayanan yang begitu lelet dan cengengesan nggak jelas. Pikir Tante – menunggu bis antar kota di Timor Leste selama berjam-jam di subuh buta saja, tante nggak protes, masa sih, di sini protes, padahal belum sampai masuk hitungan jam.

Setelah mendapat tarif yang cukup ‘baik’, Tante setuju untuk membooking tiket tersebut, setelah sebelumnya tante bilang, tante nggak uang cash, bisa pakai kartu debet atau tidak. Menurut petugas SKTM bisa. Ya sudah, aman dong, tante pikir.

Petugas menyerahkan kartu debet Tante ke rekannya untuk diproses, sementara ia sendiri melakukan beberapa proses administrasi untuk tiket Tante.

Sepuluh menit kemudian, tiba-tiba Tante diberi tahu, bahwa kertas untuk slip mesin debet habis – Tante disuruh untuk mengambil uang di ATM saja. Agak sebal dong, Tante. Ribet amat sih bolak-balik. Tante bilang, Tante berkeberatan untuk mengambil cash di ATM, lagi pula, kenapa di awal dengan yakinnya bilang bisa. Tante masih meminta mereka mengusahakan kertas tersebut.

Mereka bilang semua toko tutup. Karena kebetulan hari itu hari Sabtu.

Ugh, ya sudah – Tante bilang batal saja. Tante tetap berpikir ini bukan salah Tante, sekali lagi : dari awal Tante sudah bilang, Tante hendak membayar dengan menggunakan kartu debet, dan mereka dengan yakinnya bilang bisa.

Lalu mereka – dengan suara ketus - bilang...

tiket yang sudah diisi, tidak bisa dibatalkan. Oh, begitu tho. Sorry, tante emang rada ndeso, sudah setahun ini travel naik truk atau bis bobrok melulu, jadi lupa itu. :P

Nah, ada satu hal lain yang bikin kesel, tiba-tiba petugas lain, yang sama sekali tidak terlibat dalam pengurusan tiket Tante, mendadak mengomel-ngomel dengan suara keras, nada judes pengen digampar, bilang : “Sudah pesan, sonde (tidak) mau bayar, coba kalau bilang nggak mau bayar dari awal – tidak perlu susah-susah kami proses. “

Lu su gila ko? (Kamu udah gila?)

Grmbl, kalau Tante masuk ke situ, ya pasti tante memang niat beli tiket. Kalau niat beli tiket, ya pasti niat bayar.

Dan, nona manis yang sepertinya pegawai baru karena belum punya meja-yang mengurusi administrasi tiket Tante menambahi “Kalau memang mau batal sonde apa-apa, Saya batalkan - nanti biaya administrasi saya sendiri yang tanggung.”


Mama’e, biasa sa..

Duuh, coba ya, kalau dalam urusan ini, ngomongnya baik-baik, nggak nyelekit. Tentunya Tante tidak akan naik darah, tante orangnya asyik kok.

“Eh tolong ya, siapa bilang saya tidak mau bayar?” nada suara Tante menaik.

Sebelum terjadi huru-hara sektoral, teman yang menemani Tante akhirnya menengahi dan bilang “Minta rekeningnya aja, biar lo transfer, jadi nggak usah bawa-bawa cash. Terus besok konfirmasi.”

Sampai sini, Tante sudah ilfil, males bo berurusan dengan travel agent macam gini. Tapi alih-alih mengomel, Tante memilih diam, menurunkan emosi dan menerima nomor rekening yang disodorkan oleh nona cantik tersebut.

Ada satu kalimat yang diucapkan dengan nada ‘memerintah’, membuat Tante kembali naik darah “Paling lambat transfer besok, dan langsung konfirmasi.”

Yeiiiy…

Tante melotot – tapi tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Saking marahnya.
Sepanjang perjalanan menuju ATM, yang ada Tante terus-terusan mengomel, marah-marah dan memaki-maki– tapi dalam waktu 10 menit, ketika Tante sudah agak tenang – tiba-tiba terpikir hal lain.

Buat apa Tante ‘jalan dadak’ pulang sekarang lalu kembali lagi?

Tokh dalam beberapa bulan ke depan, kontrak kerja so(k)sial Tante habis?

Buat apa Tante ‘membuang’ uang segitu banyak – padahal ke depannya, Tante belum tau bakal ngapain dan hidup gimana? Belagu amat ya, mau sok-sokan jalan dadak?

Semakin lama di atas motor, semakin banyak berpikirlah Tante.

Pada akhirnya, kewarasan Tante menguasai.

Tante batal pergi.

Sorenya, Tante sudah terlalu malas untuk kembali ke SKTM, jadi Tante telepon saja dan membatalkan tiket. Biaya administrasi? Mmm, biarlah mereka yang tanggung – ini akibat macam-macam sama Tante. (haha!)

Yah, bukannya mau bertindak sebagai pelanggan yang reseh ya? Tapi bukannya, semua penyedia jasa, seharusnya memperlakukan pelanggannya dengan baik? Lagipula, tante nggak merasa apa yang tante lakukan reseh. Masih wajar-wajar saja.

Malamnya Tante menceritakan kegilaan ini pada seorang teman via telepon – dan dia tertawa geli. Dia bilang, untung Tante mendapatkan masalah dengan travel agent yang tingkahnya sejuta itu – jadi Tante diberi kesempatan untuk memikirkan matang-matang rencana Tante.

Well, tante percaya, semua hal itu ada maksudnya dan Sang Penguasa Jagad itu selalu melindungi musafir (halah! Musafir bo), kasus ini adalah bentuk perlindungan dariNya terhadap –entah apa, Tante nggak bisa memprediksi apa yang bisa terjadi di masa depan.

Eh, bukannya berarti tidak akan ada lagi jalan dadak-jalan dadak yang lain nantinya, pasti ada. Cuma untuk sekarang, nggak dulu.

Tante memang sudah nggak marah lagi dengan PT SKTM Tour & Travel, tapi, walaupun begitu, Tante bakal memasukkan kasus ini pada satu Koran daerah di sini.

“Kalau nggak dimuat?” Tanya teman Tante.
“Ya, selain gue masukin Koran, gue masukin blog juga. Plus fotonya, gue sempet motret tu tempat kok.”
“Gile, SKTM bener-bener nggak tau, mereka berurusan dengan monster customer macam apa ya elo itu?”

Dan Tante dan teman tante ketawa-ketawa geli.

No comments:

Post a Comment